Judi Online: Jalan Pintas yang Menghancurkan

“Kayaknya enggak ada salahnya dicoba pake modal kecil aja. Siapa tahu rezeki!”

Demikian kata Fulan, seorang buruh harian, ketika ponselnya bergetar menampilkan notifikasi bertuliskan pesan: “BONUS MENANTI KAMU HARI INI!”

Ia tertarik karena iklannya yang sederhana: “CARANYA GAMPANG! BISA MENANG BANYAK. MULAI DARI SERIBU RUPIAH AJA!”

Masalahnya, bukan nominal yang hanya seribu, melainkan rasa penasaran yang lambat laun berubah menjadi candu.

Setiap mengalami keuntungan, nominal taruhan semakin naik. Bukan karena ingin, melainkan karena sistem dalam aplikasi itu terus menggoda dan memancing rasa ingin mendapatkan lebih. Ada bonus, ada “diskon”, bahkan pesan pribadi dari bandar yang menawarkan “modal bisa balik setengah kalau kalah”.

Fulan terus kecanduan judi online tanpa sepengetahuan keluarganya. Tak peduli meja makan hanya ada tempe dan nasi aking. Bahkan minyak goreng yang hanya mengandalkan jelantah yang sudah tersimpan sejak satu pekan lalu.

Ia tidak sadar, judi online bukan sekadar soal uang yang hilang. Ia merampas kepercayaan, menghancurkan rumah tangga, dan menutup jalan pada ketenangan hati. Jalan pintas yang terdengar manis justru berakhir dengan luka yang mendalam.

Fulan bukan satu-satunya. Di seluruh Indonesia, kisah seperti ini terus berulang: janji manis, utang menumpuk, rumah tangga retak, hingga berakhir pada tragedi yang mestinya tak perlu terjadi.

Realita yang Tak Bisa Diabaikan

Kalau berhenti sejenak dan menengok kenyataan, semuanya terasa seperti mozaik besar yang membentuk satu kata: krisis.

Banyak pemain judi online berasal dari kalangan berpendapatan rendah. PPATK mencatat, sekitar 71% dari mereka memiliki penghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan. Bayangkan, uang yang seharusnya cukup untuk kebutuhan dapur justru mengalir ke kantong bandar. Sedikit demi sedikit, mereka terseret arus yang sulit dihentikan.

Transaksi judi online pun luar biasa fantastis. Di awal 2024, jumlah transaksi mencurigakan tercatat lebih dari Rp600 triliun, dan sebagian besar mengalir ke luar negeri. Dana yang seharusnya membangun negeri, nyatanya hilang tanpa jejak, sementara janji menang instan terus menempel di layar ponsel.

Lebih memilukan lagi, ada 571.410 penerima bantuan sosial yang terindikasi menjadi pemain judi online dengan total transaksi hampir Rp957 miliar. Bantuan yang seharusnya menolong keluarga miskin, malah tersedot oleh janji kemenangan yang palsu.

Yang lebih menyayat hati, anak-anak pun tak luput dari jeratan ini. Lebih dari 197.000 anak berusia 11–19 tahun sudah terpapar judi online. 

Di antara data itu, ada kisah nyata yang membakar nurani. Kasus di Mojokerto tentang istri yang membakar hidup-hidup suaminya menjadi luka sosial yang membekas. Perkara Judi online yang mengakibatkan sang suami kecanduan. Gaji dan bonus habis tak bersisa, sementara istri yang baru saja melahirkan menanggung beban batin dan amarah yang menahun. 

Di Sumenep, tragedi ini juga muncul dalam bentuk perceraian: 13 pasangan bercerai hanya dalam setahun akibat kecanduan judi online.

Sebuah Kisah: Ketidakberdayaan

Sebutlah ia Mawar, istri dari pelaku judi online. Ia pernah merasakan suatu malam paling gelap dalam hidupnya. Rekening suaminya kosong, token listrik habis, bahkan makan malam anak-anak harus ditunda. Mawar ingin marah, ingin menegur, ingin membujuk suaminya berhenti. Namun, kata-katanya tak mampu menembus dinding kecanduan itu. Diskusi panjang hanya berujung pertengkaran. Malu, takut, dan cemas bercampur jadi satu; malu jika tetangga tahu, takut anak-anak kelaparan, cemas apakah rumah tangga mereka akan bertahan.

Suaminya berkata, “Sekali ini saja.” 

Namun, “sekali ini” berubah menjadi satu lagi dan coba lagi. Dari menjual motor, menggadai barang, hingga meminjam uang ke sana-sini. Mawar hanya bisa menatapnya dengan putus asa karena bukan hanya suaminya yang menanggung beban. Mawar pun ikut kelimpungan mencari uang untuk membayar utang. Malam itu, ia menangis sendirian, menahan rasa malu dan ketakutan, sekaligus sakit hati karena tak mampu menyelamatkan keluarga dari jurang yang kian dalam.

Jalan Pintas yang Menipu

Jalan pintas selalu tampak menggoda. Ia datang membawa janji: hasil cepat, cara mudah, dan keberuntungan yang seolah sudah menunggu di depan mata. Namun di balik layar, kenyataannya jauh lebih kelam dari yang terlihat.

Aplikasi judi online sengaja menampilkan kemenangan kecil di awal. Sebuah rekayasa persepsi yang membuat pemain merasa mampu menaklukkan sistem. Sekali menang, muncul keyakinan bahwa keberuntungan bisa diulang. Sekali kalah, muncul tekad untuk menebusnya. Padahal semua sudah diatur untuk membuat mereka terus bertahan, terpikat, dan akhirnya tenggelam.

Kalah, lalu stres. Berharap menang sekali saja. Bermain lagi, lalu kalah lagi. Lingkaran itu berputar tanpa ujung, menelan waktu, emosi, dan keyakinan diri. Tak ada jeda untuk berpikir jernih, karena di kepala mereka hanya ada satu pikiran: “Saya harus menang.” Sementara yang benar-benar menang hanyalah sistem yang menipu itu sendiri.

Di luar sana, iklan-iklan judi hadir di setiap sudut layar. Dari media sosial hingga banner di aplikasi lain, dari selebgram yang tersenyum manis sampai situs abal-abal yang menyamar jadi game biasa. Di tengah tekanan ekonomi, godaan itu terasa begitu dekat. Saat beras di wadah mulai menipis dan kebutuhan rumah tangga menunggu, iming-iming “uang cepat” jadi terlihat seperti solusi, padahal sejatinya adalah jebakan.

Masalahnya tak hanya di ekonomi, tetapi juga di hati. Banyak yang terjerumus karena minim pemahaman tentang hukum dan agama. Padahal Allah  telah memperingatkan dengan tegas dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya setan bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat.” (QS. Al-Ma’idah: 91)

Pada akhirnya, kerugian terbesar bukan hanya hilangnya uang. Namun, lebih dalam dari itu, yakni hilangnya rasa takut kepada Allah dalam mencari rezeki. Ketika rasa takut itu pudar, yang tersisa hanyalah keserakahan yang dibungkus harapan palsu.

BMT HSI Hadir sebagai Solusi

Padahal di tengah godaan dan tekanan ekonomi, ada jalan lain yang lebih aman, halal, dan membawa berkah. BMT HSI hadir sebagai solusi finansial syariah yang tidak menipu, tidak merugikan, dan membantu masyarakat merencanakan keuangan dengan bijak. Mulai dari pembiayaan murabahah untuk kebutuhan sehari-hari dengan cicilan ringan, hingga simpanan anggota yang amanah dan menguntungkan. BMT HSI memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengelola rezeki tanpa harus terjebak dalam praktik haram seperti judi online.

Daripada mengejar keberuntungan instan yang palsu, lebih baik menata keuangan dengan cara yang benar. Dengan bergabung bersama BMT HSI, kita tidak hanya menjaga harta dan rumah tangga, tetapi juga menjaga hati agar tetap tenang di tengah keberkahan senantiasa menyertai langkah. Jalan pintas mungkin menggoda, tetapi jalan yang benar akan menuntun pada ketenangan sejati. [am]

 

Referensi:

<https://www.ppatk.go.id/> (th 2025)

<https://news.detik.com/berita/d-8000520/langkah-kemensos-atasi-571-ribu-rekening-bansos-terindikasi-dipakai-judol> (th 2025)

<https://www.cnbcindonesia.com/research/20241009135310-128-578226/racun-dunia-197000-bocah-remaja-ri-jadi-korban-judol>

<https://madurapost.net/judi-online-picu-perceraian-di-sumenep-belasan-pasutri-resmi-berpisah/>

IMCNews.ID. (2024). Heboh Polwan Nekat Bakar Suami Hingga Tewas, Terungkap Motifnya Akibat Judi Online <https://www.imcnews.id/read/2024/06/10/23833/heboh-polwan-nekat-bakar-suami-hingga-tewas-terungkap-motifnya-akibat-judi-online/>

 


Bagikan:
Chat WhatsApp